05 Mei 2017

Yuk! Perhatikan, Hindari, Optimalkan.


by. Defi Sulistyana Bunda Alza



bebek - bebek ku.. mari kemari…
ikutlah aku.. ke kebun bibit…
di sana banyak.. kesukaanmu…
cacing yang gemuk oi, ayo diserbu!

Siapa yang tahu nadanya? pasti bacanya sambil nyanyi… haha. ✌

Sesuai dengan yang saya janjikan kemarin, kali ini saya ingin menuliskan tentang ketiga hal yang tertera di judul.

Bayi kecil pertama saya, kami beri nama Alifa Izzatunnisa, dengan harapan, ia akan menjadi anak perempuan pertama kami yang penuh dengan kemuliaan, lahirnya pun di bulan yang penuh kemuliaan, Ramadhan tiga tahun silam, dan tak terasa, Ramadhan sudah ada di depan mata, semoga Allah limpahkan karunia agar kita disampaikan di Ramadhan tahun ini. Aamiin. 😊⚘

Sejak kecil, ia tumbuh menjadi bayi yang taft, seakan Allah menjawab setiap doa saya yang sering saya obrolkan dengan kakak saat kakak masih di dalam perut,
“sayang, tumbuh jadi anak shalihah, nurut Allah, kuat, tangguh, pantang menyerah, sayang sama adek-adek, nurut ayah bunda…” Dan ini bisa saya ulang lebih dari 10kali setiap harinya.
Saat ia lahir, begitu banyak kemudahan yang Allah berikan, mulai dari proses persalinan yang terhitung cepat di anak pertama, lalu saat ia minta lahir di bu bidan dari pada di rumah sakit, ceritanya saat sudah kerasa, di bawa ke RS malah disuruh pulang oleh DSOG lantaran belum bukaan, jadilah kami pulang dan ke tempat bu bidan dan ia lahir di sana, Alhamdulillaah, jadi bisa ngirit lahirannya, uang bisa dialokasikan ke aqiqah. aaah, makirit nih. πŸ˜₯
Kemudian dalam satu bulan pertama, hanya 5hari begadang, sejak kecil belum pernah tidur gendongan, dan banyak kemudahan lain yang Maasyaa allah, terasa takjub akan kebesaran Allah yang mengijabah doa saya. Dan merasa bahagia atas kebaikan kakak pada bundanya.
Tak sampai di situ, Allah mudahkan pula kakak tidak GTM selama proses MP-Asi sampai sekarang, sehingga saya merasa jika saya sedikit saja berbangga diri, saya takut dicabut nikmat ini.

Sejak kecil, sejak saya memandikannya sendiri (selepas tali pusat puput), saya selalu bernyanyi saat mau mandi, memakai pakaian, makan, dsb. Isi nyanyinya tentu basmallah dan ucapan-ucapan doa keberkahan atas mandi, memakai pakaian, dan makan. Saat itu, saya tidak pernah berpikir kenapa saya bisa seperti itu, hanya faktor senang saja kalau bernada. πŸŽΌπŸ”Š

Dan maasyaa Allah, saya baru tahu hasilnya saat ini, setelah saya tes potensi si kakak, ternyata kakak mempunyai kepekaan terhadap nada yang cukup tinggi. Bukan ke arah tipe auditori, tapi pada arah peka terhadap nada, sangat sensitif. Bahkan, saat ia berbicara pun, bernada. Tidak datar seperti cara bicara kebanyakan orang.

Saya masih ingat, bahkan ia bisa menghafal sekitar 10 lagu saat ia masih 1 tahun.

Hal ini, sekaramg menjadi poin penting untuk saya dalam mengajarkan ilmu baru, bahwa ia akan bisa menyerap dengan praktek dan diiringi ilmu yang disampaikan dengan suara yang ia suka.

Simple saja, misal mau keluar kamar mandi, kami mengucapkan “ghufronaka” tidak sekedar mengucap datar, tapi bernada, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan adab.

Tapi, hal ini tak serta merta menjadi poin plus saja, ada hal lain yang lebih kami perhatikan. Ternyata, si kakak ini tidak bisa mendapatkan nada yang negatif, semisal bentakan, suara keras, umpatan, dan sebagainya.

Bahkan, kakak bisa sampai demam tinggi lantaran dengar suara petasan yang kami nyalakan di teras rumah. Suara yang terlalu keras mengirimkan informasi ke otaknya dan tidak dapat diterima, sehingga outputnya jadi demam. Dulu juga pernah si ayah marah, dan ternyata karena si ayah tidak pernah marah padanya, ini mengirimkan informasi yang tidak bisa ia terima sehingga berujung pada demamyang tiba-tiba. Sangat sensitif!

Hal lain yang kami bisa ketahui, ternyata kakak merupakan anak dengan sikap empati yang tinggi, barokallahu ya nak!

Sekarang kami menjadi tidak heran, kenapa dimanapun ia berada, ia selalu berkomentar jika melihat sesuatu yang menyedihkan yang ia temui di jalan.

Dengan tahu bahwa gaya belajar kakak :
Visual Text πŸ“‘ πŸ‘€
Kinestetik Gerak πŸ™†
Kinestetik Sentuh πŸ™Œ
Auditory πŸ‘‚

Kami jadi paham bahwa setiap anak itu, pasti akan memiliki ketiga gaya belajar tersebut. Akan tetapi, tetap ada yang lebih dominan, dan yang lebih nyaman anak gunakan. 😊

Jadi, saya ingin sekali berbagi hal tentang pembelajaran ke anak, semoga kita serta merta memberikan judging ke anak bahwa mereka itu hiperaktif, cengeng, penakut, dan sebagainya. Tapi, coba perhatikan lebih dalam lagi, why?. Why mereka bisa seperti itu. Kalau memang bukan alasan kita yang menakut-nakuti atau mencontoh-i, berarti memang bawaan genetik merekalah yang membuat mereka seperti itu.

Love your kids as you love your self.

Pahami mereka selayaknya anda ingin dipahami oleh orang lain.

Karena setiap hal dari anak kita, akan kita pertanggung jawabkan kelak.

Saya ini, masih jauh pula dari kebaikan, tapi saya tidak lelah untuk mengejarnya.
Saya masih sering tidak bisa mengontrol emosi menghadapi anak, tapi saya belajar untuk itu.

Barokallahu fiikum! ⚘⚘⚘

#GamesLevel4
#GayaBelajarAnak
#Day15
#KelasBunSayIIP
#IIPSoloRaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN RASA GAMES LEVEL 5 KELAS BUNSAY #2 KOORDI IIP by. Defi Sulistyana “Yang Tak Terlupakan” Bismillaah, Ramadhan seakan ...