01 Mei 2017

Merajakan Permaisuri bag.2 (end) : Menyapihmu dengan sepenuh cinta.

by. Defi Sulistyana bunda Alza


Terimakasih sayang,
senyummu menguatkan bunda
pelukanmu pulihkan lara
candamu cairkan penat suasana
dan lelapmu mengingatkan bunda untuk senantiasa bersyukur pada Allah ta’ala.

Alhamdulillaahilladzi bini’matihi tatimush shalihat..

Melihatnya tertidur pulas, merupakan sebuah kenikmatan, sembari saya tetap merasakan mual yang luar biasa, dalam hampir 4 hari, setiap makanan yang masuk, pasti akan kembali, hingga akhirnya saya pasrah. Kami menitipkan kk al pada orangtua saya, kala itu ia hampir saja tak rela berpisah dengan saya. Segera kk al diajak ke acara pengajian bakda maghrib, sehingga saya dan suami pun bs segera berangkat ke dsog. Hanya dzikir yang saya ucap kala itu, tunduk pasrah atas apapun yang terjadi. Hampir satu jam menunggu, dan kamipun diminta untuk menginap di Hotel yang tak diidamkan.
Pecah tangis saya kala itu, bukan menangisi kondisi saya, tapi saya tak kuasa berpisah dengan kk al, baru pertama kalinya selama hidupnya, kami akan berpisah beberapa malam. Ayah yang mencoba menguatkan pun serasa tak saya gubris kala itu.
Kami putuskan pulang untuk mengambil beberapa baju, dan pertemuan itu terjadilah, kk menangis sejadi-jadinya lantaran ingin ikut, saya makin tak kuasa membendung airmata
“sayang, bunda minta maaf...bunda minta maaf… maafin bunda ya anak shalihah”
hanya itu yang mampu saya ucapkan.
Dan sesegera mungkin kami berangkat RS, saya membawa baju mungilnya dan mendekapnya erat sembari mencium aroma tubuh kk al yang melekat di baju itu.
“bunda, jangan sedih, kalau bunda sedih, nanti kk gak nyenyak tidurnya” kata ayah.
Lalu, sayapun baru tersadar bahwa benar, ikatan hati ini akan saling beresonansi, maka saya putuskan untuk mengikhlaskan ujian ini.
Semalam saya lalui tanpa saya mendekapnya, saat fajar datang, saya minta suami saya segera mungkin menemuinya, menghangatkan hatinya, dan saya rela berada di kamar itu seharian sendiri dengan penjagaan suster. Siang hari ibu saya menjenguk dan memberi banyak nasehat yang menyejukkan. Benarlah, seorang ibu yang lembut, baik tuturnya, akan sangat menentramkan hati anaknya. Beliau tidak menjudge saya karena hamil saat anak pertama masih kecil, melainkan menyemangati untuk kuat menghadapi keberkahan ini.

Sorenya, saya meminta pulang paksa karena saya sangat kangen kk al, dan dokterpun membolehkan saat melihat saya memeluk baju kecil si kk. Tetapi, saran dsog seakan menghantam, ia meminta agar saya menyapih kk.

Saya lalu berkonsultasi dengan DSA dan ibu saya tentunya. Dan jawaban saat itu, bismillah saya menyapih kk al diusianya yang baru 17bulan.

Melihatnya tersenyum, membuat saya menangis sejadi-jadinya. Bagaimana tidak, anak sekecil itu, saya rampas hak menyusu 2 tahun.
“bunda, tidak ada di dunia ini yang hadir tanpa persetujuan Allah, kalau bunda yakin, pasti kk al bisa” ayah memainkan perannya, penentram hati,
“ada Allah, bunda kuat”

Lalu, saya.meminta waktu khusus dengan kk sebelum tidur. Saya memang sudah mensounding kk bahkan sejak ia lahir bahwa menyusu hingga ia usia 2tahun, saat ia sudah pandai lari kata saya. Dan saya tak menyangka, saya harus memajukannya secepat ini.
“adek sayang bunda, tau gak bunda sayang kali sm adek… adek udah besar yaa, mau jadi kk,... kalau jadi kk, mimik susunya di gelas aja ya, pakai sedotan, nenen nya udah dulu, buat dd bayi…”

“iya bun…”

Cleeeesss….
Maasyaa allah, tabarokallahu dalam hati saya, saat ia hanya berucap itu, dan itulah momen dimana saya menyapihnya. Tanpa plester, tanpa jamu, tanpa tangisan berhari-hari, dsb.
Ia terlelap dengan bekal kenyang makan nasi, dan minum air madu hangat. Iya, saya mengganti konsumsi ASI dengan air madu hangat, kk al bisa habiskan 1 liter madu dalam 1 pekan.

Terimakasih sayang, semoga Allah memgaruniakan keistiqomahan padamu, juga pada adikmu.

Pelajaran ini, mengingatkan saya bahwa, mendidik anak itu cukup membutuhkan kedekatan kita dengan Allah, karena IAlah yang akan memudahkan urusan kita.

Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Mendidik anak perempuan itu istimewa, itulah mengapa Rasulullaah mengibaratkan saat di surga seperti dua jari, dekat denga Rasulullah.

Cukup sabar, sabar, dan sabar… karena kesabaran ini akan kita tularkan kelak pada dirimya.

Bunda sayang Kakak 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN RASA GAMES LEVEL 5 KELAS BUNSAY #2 KOORDI IIP by. Defi Sulistyana “Yang Tak Terlupakan” Bismillaah, Ramadhan seakan ...