23 Februari 2017

Omg! Nak, tanganmu bahkan tak menjangkau untuk bersihkan pantat

Bismillahirrahmanirrahim.

By. Defi Sulistyana

Muqoddimah.

Kemandirian. 

“Apa iya anak 2tahun 7bulan bisa mandiri? Cebok aja belum nyampek tuh tangan” 

Kadang label label keraguan seperti inilah yang menghinggapi pundak para ibu, parahnya lagi label lain juga yang sudah di capkan turun temurun pada anak kecil yang semuanya harus dilakuin sama emaknya. Pakai sepatulah, pakai kaos singletlah, mengutipi nasi yang berseraklah…
Orangtua yang seringkali geregetan dan gak sabar, pasti langsung aja potong kompas. “aah, mas lama sih. Sini mama aja yang makekin sepatu…” Ya..ya..ya…. Label seperti ini gak bisa di removed secepat membalik tangan. Ini sudah mendarah daging. Tapi memang harus diubah mainset seperti ini.
Memandirikan anak bukan lagi tantangan orangtua yang anaknya berumur 10tahun ke atas, melainkan saat anak-anaknya sudah mengenal kalimat pertama dengan fasih. Usia bayi itu rentang 0-12bulan, dimana di usia ini bayi benar-benar belum sepenuhnya bisa melakukan aktifitasnya tanpa bantuan pihak kedua. Akan tetapi untuk anak diatas 1tahun, insyaa allah mereka sudah mengerti kalimat ajakan dan kalimat permainan.

 “mau pakai shoes.. wah pintarnya anak mama sudah bisa makai sendiri.. yuk dipakai shoesnya…”
Atau,
“kalau maem itu, pakainya tangan yang kaanaaan…”

Beberapa kalimat itu adalah sebuah kalimat ajakan yang mengarah pada sikap memandirikan batita. Semakin besar lagi, anak akan bisa memahami pelajaran kemandirian, melalui setiap aktivitas kesehariannya.
Ini perlu, kenapa? Karena memandirikan anak itu bukan berarti kita orangtua tak mau direpotkan terlalu lama, melainkan kita orangtua menyiapkan generasi yang siap mengurus dirimya dengan cepat dan bersegera mengurus oranglain dalam hal kemaslahatan.
Bayangkan di era ini, anak cenderung dewasa yang belum mandiri, belum bisa mengurus dirinya sendiri, lalu kapan dia bisa memberi kebermanfaatan untuk umat kalau waktunya habis untuk memantaskan dirinya >>> Jelas seperti ini salah orangtuanya yang selalu “memudahkan” aktivitasnya, sehingga si anak tidak paham cara memandirikan dirinya sendiri.
Inilah sebabnya, kita para orangtua punya kewajiban untuk memandirikan anak sejak kecil, sekali lagi bukan karena untuk kita, tapi untuk kebaikan anak-anak kita.

🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹

Dalam proses memandirikan anak saya tentunya, si sulung Alifa Izzatunnisa, dengan sapaan kakak sa, saya mencoba memilah mana saja yang sekiranya ia perlukan untuk belajar. Sebenarnya, kk sa termasuk anak kategori mandiri, bahkan untuk anak seusianya, saya mendapati ia sudah lihai memainkan peran seorang kakak.
Akan tetapi, namanya anak kecil tau sendiri kan bagaimana kreatifnya. Ada beberapa poin yang mengarah ke adab. Yang ingin kami mandirikan.
Oleh karenanya, hasil syuro’ saya dengan suami memutuskan (*halah lebay) sebagai berikut :
1. Mandiri bab makan, DIY.
2. Mandiri bab merapikan mainan, DIY.

Setiap kemandirian tersebut, akan kami coba dalam waktu 1minggu, dengan label bintang besar dan bintang kecil di setiap ujiannya. Hehehe..

Aaaaaah, belum 3 tahun aja disuruh makan sendiri, ibunya aja yang malas itu. 😁😀 Pasti akan muncul komen komen seperti ini kedepannya. Dan doakan saya, as si ibu, tidak baper saat dapat komentar miring seperti ini. Iyalah, ibu jaman sekaramg baper dikit nytatus ntar. Wkwkwk 😅 #justkidding.

This is me and my beloved alza (alifa_zahrani)

 

No filter, no editing, mukak kagak mulus kagak ape2, yang penting atinya mulus. Aah, moga2… aamiin.

Dibawah ini, anak pertama saya Alifa Izzatunnisa
   

 And this is her biography

 

Lalu, anak kedua saya Aryana Zahrani Althafunnisa

   

Okey, bukan pilih kasih, tapi memang saya akan fokus di kemandirian anak mbarep saya. Karena saya merasa anak kedua saya yang baru berumur 7bulan, bahkan baru bisa mengungkapkan semuanya lewat tangisan…. Jadi bab kemandirian anak kedua, tidak sefokus yang pertama. Untuk yang kedua, saya akan lebih memandirikan syaraf syaraf motorik dan sensoriknya untuk bisa powerfull.
Eits, perlu diketahui, jangan anggap biasa saja dengan mengatakan, aah gpp.. nek wes wancine lak mlaku, nek wes wancine lak ngomong…. Tapi, kita tidak pernah melakukan apa-apa pada anak kita. Kita tak pernah memijitnya dan merangsang syaraf syaraf motorik dan sensoriknya. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan, Allah menilai proses.. bukan hasil.

Tulisan inipun, baru muqoddimah. Belum tahap eksekusi.

🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹🌱🌹

Bismillah.
Semoga Allah memudahkan kami untuk bisa mentraining anak-anak kami. 🤗

#tantangankemandiriananak #kelasbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN RASA GAMES LEVEL 5 KELAS BUNSAY #2 KOORDI IIP by. Defi Sulistyana “Yang Tak Terlupakan” Bismillaah, Ramadhan seakan ...