12 Februari 2009

"the resume" Dari Gerakan ke Negara

sedikit tulisan ini merupakan kutipan dari buku yang pernah saya baca saat saya di awal semester5 dulu, buku dari Ust.Anis Matta yang berjudul Dari Gerakan ke Negara...semoga bisa menginspirasi kita untuk menjadi pemuda muslim yang dapat berkarya untuk bangsa...


Melalui sebuah model gerakan, Islam telah menyebarkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, amil-amil zakat bahkan telah berkeliling di benua Afrika untuk mencari fakir miskin yang berhak menerima zakat, namun tidak menemukannya. Pasalnya, Islam telah menegakkan keadilan bagi seluruh umat manusia, hingga rakyat jelata dari kalangan Qibhti di Mesir berarti menuntut seorang gubernur sekaliber ’Amr bin Ash di hadapan khalifah Umar bin Khattab. Islam juga telah menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang kelak mengantar orang-orangmenjadi lebih berbudaya.

Kita dapat melukiskan masa kejayaan itu dalam lembar yang jauh lebih panjang. Apabila kita ingi meringkas tahapan pertumbuhan Islam dalam sejarah, kita dapat meringkasnya dalam tiga kata: manusia, negara, dan peradaban. Manusia adalah subjeknya, negara adalah institusinya, dan peradaban adalah karyanya.

Pertanyaannya, manusia seperti apa yang mampu menjadi subjek bagi terwujudnya sebuah Negara yang mempresentasikan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh manusia? Model Negara seperti apa yang mampu mewujudkan cita-cita mulia dambaan semua manusia itu? Peradaban seperti apa pula yang bakal mewujud jika model manusia dan negara seperti itu lahir?

Perangkat utama yang diperlukan untuk menegakkan negara adalah:sistem, manusia, tanah, dan jaringan sosial.

Negara adalah institusi yang diperlukan untuk menerapkan sistem tersebutinilah perbedaan mendasar dengan negara sekuler, dimana sistem atau hukum mereka adalah hasil dari produk kesepakatan bersama.

Bagaimana institusi negara, dalam konsep Islam, dijadikan sarana untuk menegakkan sebuah peradaban. Atau dengan kata lain, negara bukanlah akhir, tapi justru menjadi awalan dari sebuah peradaban.

Apabila kita ingin meringkas tahapan pertumbuhan islam dalam sejarah, maka kita dapat meringkasnya dalam tiga kata : manusia, negara, peradaban. Manusia adalah subjeknya, negara adalah institusinya, dan peradaban adalah karyanya.

Sebuah cita-cita yang luhur membutuhkan manusia-manusia yang sama luhurnya dengan cita-cita itu; sebuah cita-cita yang besar membutuhkan manusia-manusia yang sama besarnya dengan cita-cita itu; sebuah sitem yang baikhanya akan memperlihatkan keindahannya jika diterapkan oleh manusia-manusia yang sama baiknya dengan sistem tersebut. Maka, ketika Islam diturunkan sebagai sistem kehidupan yang paling komprehensif dan integral, ia telah melahirkan sebuah fenomena kehidupan yang indah karena dua hal : kebenaran risalahnya dan kkuatan pesona rasulnya.

Permasalahan saat ini adalah jarak antara peluang islam menjadi ideologi dunia dan kemampuan kaum muslimin untuk merebut peluang tersebut adalah sangat jauh. Oleh karena itu, tugas peradaban saat ini adalah mendekatkan jarak itu; jarak antara islam dengan manusia muslimin, jarak antara peluang dengan kemampuan untuk merebutnya. Manusia iilah yang haru kita rekonstruksi ulang.

Itulah semua yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Selama tiga belas tahun berdakwah dan membina sahabat-sahabatnya di Mekah, menyiapkan semua perangkat yang diperlukan dalam mendirikan sebuah negara yang kuat.

Begitulah transformasi itu terjadi. Ketika gerakan da’wah menemui kematangannya, ia menjelma jadi negara, ketika semua persyaratan dari sebuah negara kuat telah terpenuhi, negara itu tegak di atas bumi. Proses transformasi ini memang terjadi sangat cepat dan dalam skala yang sangat besar. Proses ini sekaligus mengajari kita dua hakikat besar : pertama, tentang hakikat dan tujuan dakwah serta strategi perubahan sosial. Kedua, tentang hakekat negara dan fungsinya.

Islam tidak membuat batasan tertentu tentang tentang negara. Bentuk boleh berubah, tapi fungsinya sama:institusi yang mewadahi penerapan syariah Allah swt. Itulah sebabnya bentuk Negara dan pemerintahan dalam sejarah Islam telah mengalami berbagai perubahan, dari system khilafah ke kerajaan dan sekarang berbentuk negara bangsa dengan sistem yang beragam. Walaupun tentu saja ada bentuk bentuk yang lebih efektif menjalankan peran dan fungsi tersebut, yaitu sistem khilafah yang sebenarnya lebih mirip dengan konsep global state. Tapi, efektifitasnya tidaklah ditentukan semata oleh bentuk dan system pemerintahannya, tapi terutama ditentukan oleh suprastrukturnya, yaitu manusia.

Kita dapat melukiskan masa kejayaan itu dalam lembar yang jauh lebih panjang. Tapi, bukan itu yang ingin kita tegskan di sini. Yang ingin kita tegaskan disini adalah bagaimana institusi negara, dalam konsep Islam, dijadikan sarana utuk menegakkan sebuah peadaban. Atau dengan kta lain, negara bukanlah akhir, tapi justru merupakan awal dari sebuah peradaban.

Yang permanen dalam politik Islam adalah fungsi negara sebagai instrumen penegak syariat Allah. Adapun bentuk Negara, mulai dari khilafah, dinasti, hingga Negara bangsa, dan system pemerintahannya, mulai dari parlementer, presidensiil hingga monarki, semua tetap dapat diakomodasi selama Negara itu menjalankan fungsi dasarnya.

Menghadirkan pemimpin Islam ke panggung kekuasaan di negeri ini memang tidak sederhana. Salah besarlah mereka yang menganggap bahwa berpolitik hanya bekerja untuk meraih kekuasaan. Salah besarlah mereka yang menganggap bahwa pekerjaan partai-partai Islam adalah mendulang sura sebanyak-banyaknya.

Jadi, pemaknaan aktivitas politik kita harus diubah secara mendasar. Yang kita lakukan adalah sebuah gerakan kebangkitan kembali yang komprehensif dan integral: menyiapkan pemimpin, mengondisikan umat, membangun institusi, dan merumuskan konsep. Pemaknaannya bukan sekadar kampanye politik, dan setelah itu mengutuk umat yang tidak memihak kita.

Harakah Islam memang ditakdirkan hadir untuk menyelesaikan perkara-perkara umat sekaligus memimpin mereka, setelah tak ada lagi orang atau generasi yang dapat mereka harapkan. Dalam situasi yang paling sulit sekalipun, harakah akan keluar sebagai pemenang, jika kita mengelola situasi sulit dengan semangat kolektivitas yang tinggi dan semangat perbaikan berkesinambungan: selalu bersama dan tetap maju.


satu hal yang ingin saya tekankan bahwa kita sebagai pemuda islam WAJIB berkarya untuk kemajuan dan kemakmuran negeri tercinta ini...

wallahu a'lamu bishshowab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN RASA GAMES LEVEL 5 KELAS BUNSAY #2 KOORDI IIP by. Defi Sulistyana “Yang Tak Terlupakan” Bismillaah, Ramadhan seakan ...