11 April 2017

When I raise the Sunshine (again)
Part #1


Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : bahwa" kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi?
-Q.S. Al Ankabut : 2-

Begitu indahnya kalimat Allah yang secara tegas namun lembut mengurai tentang keimanan seseorang berbanding lurus dengan ujian yang dihadapkan padanya.
Akan tetapi, tak sedikit dari muslim yang kemudian gagal memahamkan dirinya atas setiap ujian yang Allah berikan.
Mengeluh itu sebuah kewajaran. Jumud itu sebuah kelaziman. Tapi teguh itu sebuah keniscayaan. Tak menafikkan, saya pun pernah merasakan kepahitan-kepahitan diorama kehidupan ini. Mulai dari jatuh bangunnya menata diri sewaktu masih sendiri, dan hingga terkadang sampai saat ini. Akan tetapi, saya yakin pada Zat yang jiwa saya ada dalam genggamannya, bahwa semua itu akan berujung pada manisnya hasil. Entah Allah berikan bonusnya sekarang, atau semoga nanti saat di JannahNya.

Yang saya yakini, tak ada kesia siaan dalam hidup ini selama kita memegang teguh agamaNya, menjalankan perintahnya, pasrah pada takdirnya.

Begitu pula menjadi seorang muslimah.

Moms, dulu saya pernah berada pada titik rendah dimana saya pun tak luput dari perkara negatif. Perkara yang Allah tidak sukai, perkara yang membedakan saya dengan muslimah lain yang taat. Mungkin saja, saat itu saya mulia di mata oranglain, orang menghargai saya, tapi apa iya Allah seperti itu? unfortunattely not. i've done a mistakes yang Allah tak Ridho atas itu. Dan saya bersyukur, Allah tidak menempatkan saya pada jajaran orang-orang yang tak diberi hikmah.

Alhamdulillaah, saya hijrah!

Hijrah menjadi pribadi yang taat atas perintah Allah, mendekat dan terus mendekat pada Sang Penentu Takdir.

That's the key. Keyakinan bahwa saat kita bertaubat atas kesalahan kita, Allah akan mengulurkan bantuanNya untuk membimbing kita pada jalan yang IA ridhoi.

Pagi itu, masih sangat hangat terasa dalam pikiran saya, saya yang masih single di kala itu, menyegerakan untuk melangkah menuju tempat wudhu untuk mengambil wudhu dan menegakkan dua raka'at shalat dhuha. Masjid fakultas saya kala itu belum ada, tetapi mushola yang terletak di tengah-tengah kelas itu sangat roomy. Memasuki jurusan saya, menaiki anak tangga yang tak begitu menukik, langkah saya terayun pelan, menyusuri lorong penghubung jurusan lain yang masih satu fakultas, sedikit berbelok dan sampailah saya di mushola. Status saya disana sebenarnya sudah alumni, tapi sesekali saya masih kesana karena kebetulan gedung Pascasarjana tak jauh pula dari gedung fakultas saya saat S1. Saya adukan segala hal yang saya risaukan pada Allah. Bak gayung bersambut, Allah bukakan kepada saya segala hal yang ternyata tak nyata. Segala kesalahan-kesalahan yang saya pilih. Airmata hampir saja tak terbendung kala itu, kalau tak mengingat disitu ada seorang ukhti yang sedang mengaji, mungkin sudah sesenggukan saya. Tapi, gengsi saya masih terjaga. Hehe. Bisa jadi kalau saya menangis, akan mengganggu kekhusyukan oranglain yang sama-sama sedang berkholwat dengan Allah.

Itu sebuah titik balik dimana saya belajar pada kesalahan yang telah saya pilih. Dan saya mengazzamkan dan menguatkan niat untuk memantaskan diri sampai pada saatnya Allah datangkan jodoh saya.

πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­

Ada yang sedang mengerutkan alis kah? bertanya-tanya apa sebenarnya masa lalu yang saya maksud? ahaha... maaf maaf, biarkan itu menjadi bagian just me and Allah yang tahu. Yang pasti saya bukan mencuri hlo yaa.... 😁✌

Moms, kalian pasti juga pernah punha titik balik kehidupan kan ya? dimana kota berada pada fase yang bisa dibilang tersungkur, lalu seakan Allah bimbing kita untuk bisa kembali bangkit dan semakin tawadhu' pada Nya.



......to be continued


*Dari seorang wanita yang sedang memantaskan diri untuk mendapat label shalihah dari Allah.


#NBB2017
#IIPSoloRaya
#BundaAlza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALIRAN RASA GAMES LEVEL 5 KELAS BUNSAY #2 KOORDI IIP by. Defi Sulistyana “Yang Tak Terlupakan” Bismillaah, Ramadhan seakan ...